Makalah Biologi
|
Keanekaragaman
Hayati
|
Yusriati Alifah
|
12 IPA SMA YASTI
– 01 Maret 2012
|
Kata Pengantar
Sekilas tentang makalah ini
yang berjudul “ Keanekaragaman Hayati “. Selain untuk memenuhi tugas Mata
Pelajaran Biologi, secara tidak langsung saya pun menjadi tahu mengenai point
point yang berkaitan dengan materi ini .
Dengan penuh kerendahan
hati, Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat serta
ridho-Nya, saya dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa
dalam penulisan makalah ini jauh dari sempurna. Maka dari itu, kritik dan saran
yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan
dalam penulisan di masa yang akan datang. Mudahmudahan makalah ini akan membawa
manfaat khususnya bagi saya dan umumnya bagi seluruh lapisan masyarakat.
Sukabumi, 01 Maret
2012
Daftar Isi
Kata Pengantar …………………………………………………………………………........1
Daftar Isi ...…………………………………………………………………………………..2
Bab I Pendahuluan
………………………………………………………….………………6
1.1
Latar Belakang
1.2
Tujuan
1.3
Metodologi
Bab II Pembahasan ……………………………………………………………………………7
2.1
Keanekaragaman hayati di Indonesia ……………………………………...7
2.1.1
Memiliki Keanekaragaman Hayati Tinggi
2.1.2
Memiliki Tumbuhan Tipe Indo-Malaya yang Arealnya Luas
2.1.3
Memiliki Hewan Tipe Oriental (Asia), Australia
2.1.3.1 Fauna Daerah Oriental
2.1.3.2 Fauna Daerah Australia
2.1.4
Memiliki Banyak Hewan dan Tumbuhan Langka
2.1.5
Memiliki Banyak Hewan dan Tumbuhan Endemik
2.2
Keanekaragaman Hayati Dunia ………………………………………..10
2.2.1
Tundra
2.2.2
Taiga
2.2.3
Hutan Gugur
2.2.4
Hutan Hujan Tropik
2.2.5
Padang Rumput
2.2.6
Gurun
2.2.7
Bioma Berdasarkan Altitudinal
2.2.8
Bioma Air Tawar
2.2.8.1
Organisme Air Tawar
2.2.8.2
Pembagian Bioma Air Tawar
2.2.9
Bioma Air Laut
2.2.9.1
Pembagian Bioma Air Laut
2.2.9.2
Vegetasi Pantai
2.3
Manfaat Keanekaragaman Hayati Bagi Kelangsungan Hidup Manusia ….14
2.3.1
Sebagai Sumber Pangan, Perumahan, dan Kesehatan
2.3.2 Sebagai Sumber Pendapatan
2.3.3 Sebagai Sumber Plasma
Nutfah
2.3.4 Manfaat Ekologi
2.3.5
Manfaat Keilmuan
2.3.6
Manfaat Keindahan
2.4
Konservasi (Perlindungan) Keanekaragaman Hayati …………………………15
2.4.1
Taman Nasional
2.4.1.1
Taman Nasional Gunung Leuseur
2.4.1.2 Taman Nasional Kerinci Seblat
2.4.1.3 Taman Nasional Bukit Barisan
Selatan
2.4.1.4
Taman Nasional Ujung Kulon
2.4.1.5
Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango
2.4.1.6
Taman Nasional Kepulauan Seribu
2.4.1.7
Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru
2.4.1.8
Taman Nasional Meru Betiri
2.4.1.9
Taman Nasional Baluran
2.4.1.10
Taman Nasional Bali Barat
2.4.1.11
Taman Nasional Komodo
2.4.1.12
Taman Nasional Tanjung Puting
2.4.1.13
Taman Nasional Lore Lindu
2.4.2
Cagar Alam
2.4.3
Hutan Wisata
2.4.4
Taman Hutan Raya (Tahura)
2.4.5
Taman Laut
2.4.6
Wana Wisata
2.4.7
Hutan Lindung
2.4.8
Kebun Raya
2.5
Tingkat Keanekaragaman Hayati …………………………………………20
2.5.1
Keanekaragaman Gen
2.5.1.1
Variasi dan Varietas
2.5.1.2
Keanekaragaman Fenotipe dan Genotipe
2.5.2
Keanekaragaman Jenis
2.5.3
Keanekaragaman Ekosistem
2.6
Dampak Kegiatan Manusia terhadap Keanekaragaman Hayati …………..22
2.6.1
Aktifitas Manusia Dapat Menurunkan Keanekaragaman Hayati
2.6.1.1 Perusakan Habitat
2.6.1.2
Penggunaan Pestisida
2.6.1.3
Pencemaran
2.6.1.4
Perubahan Tipe Tumbuhan
2.6.1.5
Masuknya Jenis Tumbuhan dan Hewan Liar
2.6.1.6
Penebangan
2.6.1.7
Seleksi
2.6.2
Aktifitas Manusia yang Meningkatkan Keanekaragaman Hayati
2.6.2.1
Penghijauan
2.6.2.2
Pembuatan Taman Kota
2.6.2.3
Pemuliaan
2.6.3
Aktifitas Manusia untuk Melestarikan Keanekaragaman Hayati
Bab III Kesimpulan
…………………………………………………………………………25
Bab I
Pendahuluan
1.1
Latar Belakang
Di lingkungan sekitar kita, kita dapat menemui berbagai jenis
makhluk hidup. Berbagai jenis hewan dan berbagai jenis tumbuhan. Masing-masing
makhluk hidup memiliki ciri tersendiri sehingga terbentuklah keanekaragaman makhluk
hidup yang disebut dengan keanekaragaman hayati atau biodiversitas.
Di berbagai lingkungan, kita dapat menjumpai keanekaragaman makhluk
hidup yang berbeda-beda. Keanekaragaman itu meliputi berbagai variasi bentuk,
warna, dan sifat-sifat lain dari makhluk hidup. Sedangkan di dalam spesies yang
sama terdapat keseragaman. Setiap lingkungan memiliki keanekaragaman hayati
masing-masing.
Indonesia adalah negara yang termasuk memiliki tingkat
keanekaragaman yang tinggi.
1.2
Tujuan
1.2.1 Untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran biologi.
1.2.2 Menambah wawasan masyarakat akan keanekaragaman hayati dan
manfaatnya bagi kelangsungan hidup manusia.
1.3
Metodologi
Metode yang penyusun gunakan dalam penyusunan makalah ini adalah
metode dari sumber yang ada yang menrupakan penelusuran dan penelaaha
Bab II
Pembahasan
2.1 Keanekaragaman
Hayati di Indonesia
Indonesia merupakan
salah satu dari tiga negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi.
Dua negara lainnya adalah Brasil dan Zaire. Tetapi dibandingkan dengan Brazil
dan Zaire, Indonesia memiliki keunikan tersendiri. Keunikannya adalah di
samping memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi, Indonesia memiliki
areal tipe indo-malaya yang luas, juga tipe oriental, australia, dan
peralihannya. Selain itu, di Indonesia terdapat banyak hewan dan tumbuhan
langka, serta spesies endemik.
2.1.1 Memiliki
Keanekaragaman Hayati Tinggi
Indonesia terletak
di daerah tropik sehingga memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi dibandingkan
dengan daerah subtropik (iklim sedang) dan kutub (iklim kutub). Keanekaragaman
tinggi di Indonesia dapat dijumpai di dalam lingkungan hutan tropik. Jika di
hutan iklim sedang dijumpai satu atau dua jenis pohon, maka di areal yang sama
di dalam hutan hujan tropik memiliki keanekaragaman hayati sekitar 300 kali
lebih besar dibandingkan dengan hutan iklim sedang.
Di dalam hutan hujan
tropik terdapat berbagai jenis tumbuhan (flora) dan fauna yang belum
dimanfaatkan, atau masih liar. Di dalam tubuh hewan dan tumbuhan itu tersimpan
sifat-sifat unggul, yang mungkin dapat dimanfaatkan di masa mendatang.
2.1.2 Memiliki Tumbuhan
Tipe Indo-Malaya yang Arealnya Luas
Tumbuhan di
Indonesia merupakan bagian dari daerah geografi tumbuhan indo-malaya, seperti
yang dinyatakan oleh Ronald D. Good dalam bukunya The Geography of
Flowering Plants. Flora indo-malaya meliputi tumbuhan yang hidup di India,
Vietnam, Thailand, Malaysia, Indonesia, dan Philipina. Flora yang tumbuh di
Malaysia, Indonesia, dan Philipina sering disebut sebagai kelompok flora
malenesia.
Mengapa Malaysia,
Indonesia, dan Philipina memiliki rumpun tumbuhan bunga yang sama? Hal ini
dipengaruhi oleh sejarah pembentukan daratan (geologi), kondisi iklim yang
serupa (sama-sama beriklim tropis), ketinggian topografi yang serupa, dan
kondisi fisika dan kimia tanah yang serupa pula.
Di Indonesia bagian
timur, tipe hutannya agak berbeda. Mulai dari Sulawesi sampai Irian Jaya
(Papua) terdapat hutan hujan non-Dipterocarpaceae. Hutan ini kebanyakan
menduduki lahan datar. Pohon-pohonnya rendah, hanya beberapa yang mencapai
30-40 m, Di antaranya adalah Ficus (kerabat beringin) dan matoa (Pometia
pumata). Pohon matoa merupakan tumbuhan endemik di Irian. Namun kini
bibit buahnya telah diintroduksi ke beberapa tempat di Pulau Jawa dan telah
berbuah.
2.1.3 Memiliki Hewan Tipe
Oriental (Asia), Australia, Serta Perlalihannya
Indonesia terbagi
menjadi dua zoogeografi yang dibatasi oleh Garis Wallace. Garis Wallace
membelah Selat Makasar menuju ke Selatan hingga ke Selat Lombok. Jadi, Garis
Wallace memisahkan wilayah oriental (termasuk Sumatera, Jawa, Bali, dan
Kalimantan) dengan wilayah Australia (Sulawesi, Irian, Maluku, Nusa Tenggara
Barat dan Timur).
Setelah Wallace, Weber
seorang ahli zoologi Jerman juga mengadakan penelitian tentang penyebaran
hewan-hewan di Indonesia. Weber melihat bahwa hewan-hewan di Sulawesi tidak
dapat sepenuhnya dikelompokkan sebagai hewan-hewan kelompok Australia.
Hewan-hewan tersebut ada yang memiliki sifat-sifat seperti halnya hewan-hewan
di daerah Oriental. Oleh sebab itu, Weber mengatakan bahwa fauna di Sulawesi
merupakan fauna peralihan. Weber kemudian membuat garis pembatas yang berada di
sebelah timur Sulawesi memanjang ke Utara ke Kepulauan Aru. Pulau Sulawesi
merupakan pulau pembatas antara wilayah Oriental dan Australia atau merupakan
wilayah peralihan yang paling mencolok. Sulawesi dihuni oleh sebagian hewan
Oriental dan sebagian hewan Australia. Contohnya di Sulawesi terdapat oposum
dari Australia namun juga terdapat kera macaca dari Oriental.
2.1.3.1 Fauna Daerah Oriental
Hewan-hewan di
bagian barat Indonesia (Oriental) yang meliputi Sumatera, Jawa dan Kalimantan,
serta pulau-pulaunya memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
1).
Banyak spesies mamalia yang berukuran besar, misalnya gajah, banteng, harimau,
badak. Mamalia berkantung jumlahnya sedikit, bahkan hampir tidak ada.
2).
Terdapat berbagai macam kera. Kalimantan merupakan pulau yang paling kaya kan
jenis-jenis primata. Ada tiga jenis primata, misalnya bekantan, tarsius, loris
hantu, orang utan.
3).
Terdapat hewan endemik, seperti:
- Badak bercula satu di Ujung Kulon
- Binturong (Arctictis binturong), hewan sebangsa beruang tapi kecil
- Monyet Presbytis thomasi
- Tarsius (Tarsius bancanus)
- Kukang (Mycticebus coucang)
4).
Burung-burung Oriental memiliki warna yang kurang menarik dibanding
burung-burung di daerah Australia, tetapi dapat berkicau. Burung-burung yang
endemik misalnya jalak bali (Leucopsar rothschildi), elang jawa,
murai mengkilat (Myophoneus melurunus), elang putih (Mycrohyerax
latifrons), ayam hutan berdada merah (Arborphila hyperithra), ayam
pegar.
2.1.3.2 Fauna Daerah Australia
Jenis-jenis hewan di
Indonesia bagian Timur, yaitu Irian, Maluku, Sulawesi, Nusa Tenggara, relatif
sama dengan Australia. Ciri-ciri hewan di Indonesia bagian Timur adalah:
1).
Mamalia berukuran kecil
2).
Banyak hewan berkantung
3).
Tidak terdapat spesies kera
4).
Jenis-jenis burung memiliki warna yang beragam
Irian Jaya memiliki
110 spesies mamalia, termasuk di dalamnya 13 spesies mamalia berkantung,
misalnya kanguru (Dendrolagus ursinus dan Dendrolagus inustus),
kuskus (Spilocus maculatus), bandicot, dan oposum. Di Irian juga
terdapat 27 spesies hewan pengerat (rodentia), dan 17 di antaranya merupakan
spesies endemik. Irian Jaya memiliki koleksi burung terbanyak dibandingkan
dengan pulau-pulau lain di Indonesia, kira-kira ada 320 jenis, dan setengah di
antaranya merupakan spesies endemik. Burung cendrawasih yang terkenal terdapat
di Irian dan beberapa pulau di Maluku.
Di Nusa Tenggara,
terutama di pulau Komodo, Padar, dan Rinca terdapat reptilia terbesar, yaitu
komodo. Komodo merupakan reptilia purba yang bertahan hidup hingga kini.
2.1.4
Memiliki Banyak Hewan dan Tumbuhan Langka
Di Indonesia banyak
terdapat hewan dan tumbuhan yang telah langka. Hewan langka misalnya:
- Babirusa (Babyrousa babyrussa)
- Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae)
- Harimau jawa (Panthera tigris sondanicus)
- Macan kumbang (Panthera pardus)
- Orangutan (Pongo pygmaeus abelii)
Tumbuh-tumbuhan
langka misalnya:
- Bedali (Radermachera gigantea)
- Putat (Planhonia valida)
- Kepuh (Stereula foetida)
- Bungur (Lagerstromia speciosa)
- Nangka celeng (Artocarpus heterophyllus)
2.1.5 Memiliki Banyak
Hewan dan Tumbuhan Endemik
Di Indonesia
terdapat hewan dan tumbuhan endemik. Hewan dan tumbuhan endemik Indonesia
artinya hewan dan tumbuhan itu haya ada di Indonesia, tidak terdapat di negara
lain.
Hewan endemik
misalnya harimau jawa, harimau bali (sudah punah), jalak bali putih di Bali,
badak bercula satu di Ujung Kulon, biturong, monyet Presbytis thomasi,
tarsius, kukang, maleo hanya di Sulawesi, komodo di Pulau Komodo dan
sekitarnya.
Tumbuhan yang
endemik terutama dari genus Rafflesia arnoldii (endemik di Sumatera
Barat, Bengkulu, dan Aceh), R. borneensis (Kalimantan), R. ciliata
(Kalimantan Timur), R. horsfilldii (Jawa), R. patma (Nusa
Kambangan dan Pangandaran), R. rochussenii (Jawa Barat), dan R.
contleyi (Sumatera bagian timur).
2.2 Keanekaragaman
Hayati Dunia
Kehadiran makhluk
hidup ditentukan oleh faktor lingkungan. Faktor lingkungan dapat dibedakan
sebagai kondisi dan sumber daya. Kondisi adalah suatu faktor yang
besarannya dapat diukur dan tidak habis jika digunakan oleh organisme. Contoh
kondisi adalah suhu, intensitas cahaya, curah hujan, dan radiasi matahari.
Sedangkan sumber daya adalah faktor lingkungan yang habis ketersediaanya
bila sudah digunakan, misalnya makanan dan ruang (tempat tinggal).
Matahari adalah
sumber energi utama untuk kehidupan di bumi. Jumlah sinar matahari yang
diterima oleh permukaan bumi menentukan penyebaran makhluk hidup. Karena
permukaan bumi bulat maka setiap tempat di permukaan bumi mendapatkan sinar
matahari dengan jumlah yang berbeda-beda. Akibatnya suhu di berbagai tempat di
permukaan bumi berbeda-beda.
Faktor lingkungan
penting yang mempengaruhi kehadiran dan penyebaran oraganisme adalah suhu.
Variasi suhu lingkungan menentuakn proses kehidupan, penyebaran dan kelimpahan
organisme. Variasi suhu lingkungan alami dapat bersifat siklik (misalnya
musiman, harian). Hal ini berkaitan dengan letak tempat di garis lintang (latitudinal),
atau ketinggian di permukaan laut (altitudinal). Variasi suhu
berdasarkan garis lintang berkaitan dengan variasi musim yang disebabkan oleh
posisi poros bumi terhadap matahari.
Interaksi antara
suhu, kelembapan, angin, altitudinal, latitudinal, dan topografi menghasilkan
daerah iklim yang luas yang dinamakan bioma. Setiap bioma memiliki hewan
dan tumbuhan tertentu yang khas. Beberapa bioma di bumi antara lain tundra,
taiga, hutan gugur, hutan hujan tropik, padang rumput, dan gurun.
2.2.1 Tundra
Tundra terdapat di
lingkungan kutub utara dan kutub selatan, Green Land, Siberia utara. Daerah ini
beriklim kutub, sehingga selalu tertutup salju. Tumbuhan yang ada terutama
adalah lumut Sphagnum dan lumut kerak. Tumbuhan tahunan hampir tidak
ada. Tumbuhan semusim berumur pendek dan berbunga serempak pada musim panas,
serta memiliki biji-biji yang dorman selama musim dingin. Hewan-hewan yang ada
adalah beruang kutub, serigala kutub, reinder, dan caribou bull
(sebangsa rusa). Di bioma tundra juga terdapat burung yang umumnya membuat
sarang pada musim panas. Burung ini adalah burung migran (berasal dari daerah
lain).
2.2.2 Taiga
Taiga terdapat di
antara daerah subtropik dan kutub, misalnya di Rusia dan Eropa Utara, Kanada,
dan Alaska. Jadi, taiga terletak di sebelah selatan tundra. Tumbuhan khas yang
ada di taiga adalah konifer atau tumbuhan berdaun jarum (pohon spruce,
alder, dan birch), yang hijau sepanjang tahun. Taiga juga sering
disebut sebagai hutan boreal. Seperti pada bioma tundra, di taiga juga sangat
dingin pada musim salju, tetapi musim panasnya lebih lama. Hewan yang ada
adalah beruang hitam dan serigala.
2.2.3 Hutan Gugur
Hutan gugur terdapat
di daerah subtropik di Eropa Barat, Korea, Jepang utara, dan Amerika Timur.
Bioma ini memiliki curah hujan 75 – 100 cm per tahun, memiliki empat musim.
Tumbuhan yang ada terutama mapel, oak, beech, yang selalu menggugurkan daunnya
pada musim gugur. Hewan-hewan yang umum adalah rusa, beruang, dan rubah.
2.2.4 Hutan Hujan Tropik
Bioma ini berada di
daerah tropik, yaitu di Indonesia, India, Thailand, Brazil, Kenya, Costa Rica,
dan Malaysia. Curah hujan tinggi yaitu 200 – 255 cm per tahun, matahari
bersinar sepanjang tahun. Jenis tumbuhan sangat banyak dan komunitasnya sangat
kompleks. Tumbuhan tumbuh dengan subur, tinggi, serta banyak cabang dengan daun
yang lebat sehingga membentuk tudung atau kanopi. Tumbuhan khas adalah kelompok
liana, yaitu tumbuhan yang merambat, misalnya rotan, dan tumbuhan epifit yaitu
tumbuhan yang menempel pada tumbuhan lain, misalnya anggrek. Binatang yang
menghuni hutan hujan tropik adalah berbagai macam burung, kera, babi hutan,
tupai, macan, gajah, dan rusa.
2.2.5 Padang Rumput
Padang rumput banyak
terdapat di Nusa tenggara, Amerika Serikat bagian Tengah, Afrika Tengah dan
Selatan, serta Eropa Timur. Bioma ini curah hujannya rendah yaitu 25 -30 cm per
tahun. Tumbuhan utama adalah rumput-rumputan. Hewannya meliputi bison, zebra,
kanguru, jerapah, kijang, singa, serigala, jaguar, binatang pengerat, reptilia,
dan beberapa burung. Padang rumput di daerah tropik disebut sebagai savana.
2.2.6 Gurun
Bioma gurun terdapat
di Asia Kecil, Afrika utara, Chima, Mongolia, dan Amerika Barat. Curah hujan
sangat rendah kurang lebih 25 cm per tahun, suhu sangat tinggi di siang hari
dan sangat rendah di malam hari, kelembapan udara rendah, tanahnya tandus.
Tumbuhannya terutama kaktus, dan tumbuhan efemera (tumbuhan yang pada waktu
hujan cepat tumbuh, cepat berbunga dan memiliki biji yang dorman). Hewan yang
ada adalah unta, tikus, ular, kadal, dan semut.
2.2.7 Bioma Berdasarkan
Altitudinal
Telah diuraikan
bahwa permukaan bumi berdasarkan latitudinal dapat dibedakan menjadi daerah
tropik, subtropik, dan kutub. Masing-masing daerah tersebut memiliki jenis
organisme dan keanekaragaman yang berbeda. Di daerah peralihan antara subtropik
dan kutub terdapat hutan taiga yang terdiri dari tumbuhan berdaun jarum dan di
daerah kutub terdapat tundra.
Gambaran penyebaran
bioma secara horizontal (berdasarkan latitudinal atau garis lintang) ternyata
mirip dengan gambaran penyebaran secara vertikal (berdasarkan tinggi di atas
permukaan laut atau altitudinal).
2.2.8
Bioma Air Tawar
Ekosistem air tawar
memiliki kadar garam rendah. Air tawar memiliki kemampuan menyerap panas dari
cahaya matahari sehingga perubahan suhu tidak terlalu besar. Berdasarkan ada
tidaknya arus, ekosistem air tawar dibedakan menjadi ekosistem lentik (air
tidak mengalir) misalnya danau, kolam, rawa, serta ekosistem lotik (air
mengalir) misalnya sungai.
2.2.8.1 Organisme Air Tawar
Berdasarkan cara
hidupnya, organisme yang hidup di air dapat dibedakan menjadi sebagai berikut.
a). Plankton
b). Nekton
c). Neuston
d). Bentos
e). Perifiton
2.2.8.2 Pembagian Bioma Air Tawar
Secara fisik bioma
air tawar dibagi menjadi beberapa daerah, yaitu litoral, limnetik, dan
profundal.
a). Litoral
b). Limnetik
c). Profundal
2.2.9 Bioma Air Laut
Bioma air laut
luasnya lebih dari dua pertiga permukaan bumi. Bioma air laut kurang
terpengaruh oleh perubahan iklim dan cuaca. Ciri khas air laut adalah mempunyai
kadar garam yang tinggi. Kadar garam rata-rata air laut adalah 35 ppm (part per
million). Di daerah khatulistiwa kadar garamnya lebih tinggi daripada di daerah
yang jauh dari khatulistiwa.
2.2.9.1 Pembagian Bioma Air Laut
Sampai berapa
dalamkah cahaya matahari dapat menembus laut? Hal ini tergantung pada
kejernihan air dan letak geografinya. Laipsan air yang dapat ditembus oleh
cahaya disebut daerah fotik. Kedalaman daerah fotik kira-kira
sampai kedalaman 200 m daerah yang tidak dapat ditembus cahaya matahari disebut
daerah afotik.
Sebagaimana pada
ekosistem air tawar, ekosistem laut pun dibagi menjadi beberapa daerah
berdasarkan kedalamannya, yaitu sebagai berikut.
a). Daerah
litoral
b). Daerah
neritik
c). Daerah batial
d). Daerah abisal
2.2.9.2 Vegetasi Pantai
Di perbatasan antara
laut dan darat terdapat daerah pasang surut. Tumbuhan ynag hidup di daerah pantai
harus menyesuaikan diri dengan hempasan gelombang. Biasanya tumbuhan yang ada
berupa tumbuhan menjalar dengan geragih yang panjang. Vegetasi pantai membentuk
formasi yang diberi nama sesuai dengan tumbuhan yang dominan.
Pada pantai yang
landai biasanya terdapat daerah pasang surut yang berlumpur. Daerah ini
membentuk hutan bakau yang disebut dengan mangrove. Tumbuhan yang terdapat di
mangrove misalnya Avicennia, Rhizophora, Achantus, Cerbera, Bruguiera, dan
Ceriops. Mangrove yang dasarnya koral berpasir umumnya didominasi oleh Sooeratia
alba.
Semua pohon di
daerah mangrove mempunyai akar yang khas. Ada yang berakar napas seperti Avicennia
dan Sonneratia. Ada yang berakar jangkar untuk menahan pengaruh
pasang surut.
Di muara sungai
dikenal ekosistem pantai lumpur (mangrove) terutama di Jawa, Sumatera,
Kalimantan, dan Irian.
2.3 Manfaat
Keanekaragaman Hayati Bagi Kelangsungan Hidup Manusia
Pemanfaatan
keanekaragaman hayati bagimasyarakat harus secara berkelanjutan. Yang dimaksud
dengan manfaat yang berkelajutan adalah manfaat yang tidak hanya untuk generasi
sekarang tetapi juga untuk generasi yang akan datang.
2.3.1 Sebagai Sumber
Pangan, Perumahan, dan Kesehatan
Kehidupan manusia
yang bergantung pada keanekaragaman hayati. Hewan dan tumbuhan yang kita
manfaatkan saat ini (misalnya ayam, kambing, padi, jagung) pada zaman dahulu
juga merupakan hewan dan tumbuhan liar, yang kemudian dibudidayakan. Hewan dan
tumbuhan liar itu dibudidayakan karena memiliki sifat-sifat unggul yang
diharapkan manusia.. Beberapa contoh tumbuhan dan hewan yang memiliki peranan
penting untuk memenuhi kebutuhan pangan, perumahan, dan kesehatan, misalnya:
a). Pangan
b). Perumahan
c). Kesehatan
2.3.2 Sebagai Sumber Pendapatan
Keanekaragaman
hayati dapat dijadikan sumber pendapatan. Misalnya untuk bahan baku industri,
rempah-rempah, dan perkebunan. Bahan baku industri misalnya kayu gaharu dan
cendana untuk industri kosmetik, teh dan kopi untuk industri minuman, gandum
dan kedelai untuk industri makanan, dan ubi kayu untuk menghasilkan alkohol.
Rempah-rempah misalnya lada, vanili, cabai, bumbu dapur. Perkebunan misalnya
kelapa sawit dan karet.
2.3.3 Sebagai Sumber
Plasma Nutfah
Hewan, tumbuhan, dan
mikroba yang saat ini belum diketahui tidak perlu dimusnahkan, karena mungkin
saja di masa yang akan datang akan memiliki peranan yang sangat penting. Sebgai
contoh, tanaman mimba (Azadirachta indica),. Dahulu tanaman ini hanya
merupakan tanaman pagar, tetapi saat ini diketahui mengandung zat
azadiktrakhtin yang memiliki peranan sebagai anti hama dan anti bakteri.
Adapula jenis ganggang yang memiliki kendungan protein tinggi, yang dapat
digunakan sebagai sumber makanan masa depan, misalnya Chlorella. Buah
pace (mengkudu) yagn semula tidak dimanfaatkan, sekarang diketahui memiliki
khasiat untuk meningkatkan kebugaran tubuh, mencegah dan mengobati penyakit
tekanan darah.
Di hutan atau
lingkungan kita, masih terdapat tumbuhan dan hewan yang belum dibudidayakan,
yang mungkin memiliki sifat-sifat unggul. Itulah sebabnya dikatakan bahwa hutan
merupakan sumber plasma nutfah (sifat-sifat unggul). Siapa tahu
kelak sifat-sifat unggul itu dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan manusia.
2.3.4 Manfaat Ekologi
Selain berfungsi
untuk menunjuang kehidupan manusia, keanekaragaman hayati memiliki peranan
dalam mempertahankan keberlanjutan ekosistem. Masing-masing jenis organisme
memiliki peranan dalam ekosistemnya. Peranan ini tidak dapat digantikan oleh
jenis yang lain. Sebagai contoh, burung hantu dan ular di ekosistem sawah
merupakan pemakan tikus. Jika kedua pemangsa ini dilenyapkan oleh manusia, maka
tidak ada yang mengontrol populasi tikus. Akibatnya perkembangbiakan tikus
meningkat cepat dan di mana-mana terjadi hama tikus.
Tumbuhan merupakan
penghasil zat organik dan oksigen, yang dibutuhkan oleh organisme lain. Selain
itu, tumbuh-tumbuhan dapat membentuk humus, menyimpan air tanah, dan mencegah
erosi. Keanekaragaman yang tinggi memperkokoh ekosistem. Ekosistem dengan
keanekaragaman yang rendah merupakan ekosistem yang tidak stabil. Bagi manusia,
keanekaragaman yang tinggi merupakan gudang sifat-sifat unggul (plasma nutfah)
untuk dimanfaatkan di kemudian hari.
2.3.5 Manfaat Keilmuan
Keanekaragaman
hayati merupakan lahan penelitian dan pengembangan ilmu yang sangat berguna
untuk kehidupan manusia.
2.3.6 Manfaat Keindahan
Keindahan alam tidak
terletak pada keseragaman tetapi pada keanekaragaman. Bayangkan bila halaman
rumah kita hanya ditanami satu jenis tanaman saja, apakah indah? Tentu saja
akan lebih indah apabila ditanami berbagai tanaman seperti mawar, melati,
anggrek, rumput, palem.
Kini kita sadari bahwa
begitu banyak manfaat keanekaragaman hayati dalam hidup kita. Pemanfaatannya
yang begitu banyak dan beragam tentu saja dapat mengancam kelestariannya. Untuk
itu kita harus bijaksana dalam memanfaatkan keanekaragaman hayati, dengan
mempertimbangkan aspek manfaat dan aspek kelestariannya.
2.4 Konservasi (Perlindungan)
Keanekaragaman Hayati
Konservasi
keanekaragaman hayati atau biodiversitas sudah menjadi kesepakatan
internasional. Objek keanekaragaman hayati yang dilindungi terutama kekayaan
jenis tumbuhan (flora) dan kekayaan jenis hewan (fauna) serta mikroorganisme
misalnya bakteri dan jamur. Perlu diingat bahwa yang termasuk flora tidak hanya
tumbuhan yang berbunga yang sehari-hari kita lihat tetapi juga lumut dan
paku-pakuan. Demikian pula dengan fauna, tidak saja mencakup binatang mamalia
tetapi juga ikan, burung, dan serangga.
Tempat perlindungan
keanekaragaman hayati di Indonesia telah diresmikan oleh pemerintah. Lokasi
perlindungan tersebut misalnya berupa Taman Nasional, Cagar Alam, Hutan Wisata,
Taman Hutan Raya, Taman Laut, Wana Wisata, Hutan Lindung, dan Kebun Raya.
Tempat-tempat tersebut memiliki makna yang berbeda-beda meskipun fungsinya sama
yaitu untuk tujuan konservasi.
2.4.1 Taman Nasional
Taman nasional
adalah kawasan konservasi alam dengan ciri khas tertentu baik di darat maupun
di perairan. Taman nasional memiliki fungsi ganda, yaitu perlindungan terhadap
sistem penyangga kehidupan dan perlindungan jenis tumbuhan dan hewan serta
pelestarian sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. Taman nasional juga
penting untuk ilmu pengetahuan, pendidikan, budaya, dan rekreasi alam.
Biodiversitas di Indonesia yang unik dan dilindungi terutama di taman nasional.
Beberapa taman nasional yang ada di Indonesia adalah sebagai berikut.
2.4.1.1 Taman Nasional Gunung Leuseur
Taman Nasional (TN)
ini terletak di Provinsi Sumatera Utara dan Propinsi Daerah istimewa Aceh,
dengan ketinggian 0 – 3.381 m di atas permukaan laut (dpl), dengan luas
1.095.192 ha. Di TN Gunung Leuseur sekurang-kurangnya ada 50 jenis anggota
famili Dipterocarpaceae (meranti, keruing, kapur). Beberapa jenis
buah-buahan antara lain jeruk hutan (Citrus macroptera), durian hutan (Durio
exyleyanus), menteng (Baccaurea racemosa), buah limus (Mangifera
foetida), rukem (Flacuoritia rukam), serta flora langka Rafflesia
arnoldii var. atjehensis, dan Johannesteisjmannia altifrons (sejenis
palem). Dari kelompok fauna ada 89 jenis satwa langka yang dilindungi, antara
lain: gajah (Elephas maximus), beruang malaya (Ursus malayanus),
harimau sumatera, badak sumatera (Dicerorhinus sumatrensis), orangutan
sumatera (Pongo pygmaeus), macan akar, burung kuda, kambing sumba, itik
liar, dan tapir (Tapirus indicus).
2.4.1.2 Taman Nasional Kerinci Seblat
Taman Nasional ini
terletak membentang di empat propinsi yaitu, Jambi, Sumatera Barat, Sumatera
Selatan, dan Bengkulu. Luasnya 1.484.650 ha dengan ketinggian 0-3800 m dpl.
Jenis-jenis flora
yang ada terutama famili Dipteropaceae, Leguminosae, dan Liana. Jenis flora
langka yang terkenal adalah bunga bangkai (Anorhophallus titanium) dan Rafflesia
arnoldii. Jenis-jenis lain adalah palem (Livistona altissima),
anggrek (Bilbophyllum sp., Dendrobium sp.), pasang
(Quercus), kismis (Podocarpus sp.).
Jenis-jenis fauna di
Taman Nasional ini sebanyak 36 jenis dan 24 jenis diantaranya dilindungi.
Jenis-jenis satwa tersebut antara lain tapir, simpoi bangka, ungko, kelinci
hutan, landak, tikus hutan, babi batang, berang-berang, badak sumatera, gajah,
harimau sumatera, harimau kombang, siamang, kera ekor panjang, kancil, mucak,
rusa, serta jenis-jenis burung dan reptilia.
TN Kerinci Seblat
merupakan gudang plasma nutfah di kawasan Indonesia Barat.
2.4.1.3 Taman Nasional Bukit Barisan Selatan
Luas kawasan ini
356.800 ha, membentang dari ujung selatan propinsi Bengkulu sampai ujung
seletan propinsi Lampung.
Kawasan ini
merupakan kawasan konservasi untuk tujuan penelitian dan pendidikan karena
potensi flora dan faunanya yang spesifik. Jenis-jenis flora penyusunnya adalah
meranti (Shorea spp.), keruing (Dipterocarpus), pengarawang (Hopea
spp.), pasang (Quercus spp), bayur (Pterospermm spp.), damar
(Agathis alba), kemiri (Aleurites moluccana), dan temu-temuan (Zingiberaceae).
Juga cemara gunung (Cassuarina equisetifolia), mengkudu (Morinda
citrifolia) serta bunga langka yang sangat terkenal yaitu Rafflesia
arnoldii.
Jenis-jenis mamalia
yang ada misalnya owa, babi, rusa, kijang, gajah, tapir, kambing hutan, kerbau
liar, ajak, harimau sumatera, beruang madu, badak sumatera, macan tutul,
landak, trenggiling. Jenis reptilia misalnya ular sanca, dan jenis-jenis burung
misalnya rangkong, dara laut, raja udang, bangau putih, bangau tong-tong,
gangsa laut.
2.4.1.4 Taman Nasional Ujung Kulon
Taman Nasional
Ujungkulon terletak di ujung paling barat Pulau Jawa. TN ini merupakan
ekosistem hutan daratan rendah di Plau Jawa. TN ini merupakan habitat terakhir
dari hewan-hewan yang terancam punah, seperti badak bercula satu (Rhinoceros
sundanicus), banteng (Bos sondanicus), owa jawa (Hylobathes
moloch), harimau loreng (Panthera tigris), dan surili (Presbytis
aygula).
2.4.1.5 Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango
Kawasan TN ini
terletak di kabupaten Bogor, Cianjur dan Sukabumi, dengan luas 15.196 ha. TN
ini mewakili hutan-hutan tropis pengunungan di Jawa. Karena itu jenis-jenis ekosistemnya
adalah hutan submontane (100-1500 m dpl), hutan montae (1.500-2.400 m dpl),
serta subalpine (lebih dari 2.400 m dpl). Karena iklimnya lembap, maka kawasan
ini didominasi oleh jenis paku-pakuan misalnya Hymmenophyllaceae,
Gleishenia, Gauthenisa, dan semak Rhododendron. Pohon raksasa yang
ada adalah rasamala (Altingia exelsa) yang dapat mencapai ketinggian 60
m. Bunga abadi yang tak pernah layu terdapat di zona subalpine ialah Anapalic
javanica.
Satwa yang masih ada
disini adalah owa jawa yang endemik (tidak terdapat di daerah lain), surili,
kera, lutung, dan macan tutul.
2.4.1.6 Taman Nasional Kepulauan Seribu
Terletak di
Kepulauan Seribu, jumlah pulaunya 85 buah dengan luas 256 ha. Ekosistem yang
unik yang dilindungi di TN ini adalah ekosistem terumbu karang.
2.4.1.7 Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru
Luasnya 58.00 ha,
terletak antara 100-3676 dpl., membentang di Kabupaten Probolinggo, Malang,
pasuruan, dan lumajang, Jawa Timur.
Jenis tumbuhan yang
spesifik adalah cemara gunug.
Jenis fauna yang
dilindungi adalah babi utan, kijang, kera, ayam hutan, rusa, ajak, dan macan
tutul.
2.4.1.8 Taman Nasional Meru Betiri
Taman Nasional yang
terletak di Jember Selatan ini merupakan habitat terakhir dari harimau lorang
jawa yang terancam punah. Satwa lain yang dilindungi adalah penyu karet, penyu
belimbing, kancil, kijang, rangkong, dan merak. Di sini terdapat pula flora
langka yang dilindungi yaitu Rafflesia zolingeri dan Balanophora
fungosa.
2.4.1.9 Taman Nasional Baluran
Luas TN ini adalah
23.713 ha, terletak di ujung timur Pulau Jawa. TN ini merupakan contoh
ekosistem daratan tendah kering, dengan musim kering yang panjang antara 4 -9
bulan. Kekayaan floranya mencapai 422 spesies. Jenis tanaman langka di kawasan
ini adlah dadap biru (Erythrina eudophylla). Di TN ini juga terdapat
tanaman yang tahan panas misalnya pilang, kosambi, eidoro, kemloko, asam,
nimba, klampis, talok, kemiri, wungur dan laban.
Fauna yang terdapat
di TN Baluran antara lain ular piton, buaya, banteng, rusa, kerbau liar, kijang,
babi hutan, ajak, macan tutul, dan linsang.
2.4.1.10 Taman Nasional
Bali Barat
Terletak di
Kabupaten Jembrana dan Buleleng, dengan luas 77.727 ha.
TN Bali Barat
merupakan habitat hutan alami murni sawo kecik (Manilkara kauki).
Faunanya yang paling
khas dan perlu dilindungi karena terancam punah adalah jalak bali putih. Fauna
lain yang ada di dalam TN ini adalah menjangan, muncak, kera hitam,
trenggiling, landak, penyu, pelatuk, ayam hutan dan kepodang.
2.4.1.11 Taman Nasional
Komodo
TN Komodo terletak
di Pulau Komodo, Rinca, Podan, Gilimotong dan pulau-pulau kecil lainnya, yang
semuanya terletak di propinsi NTT. Kawasan ini beriklim muson dan kering,
sehingga vegetasinya merupakan perwakilan Indonesia bagian timur.
Flora yang
dilindungi adalah kayu hitam (Diospyros javanica) dan bayur (Pterospermum
diversifolium).
Satwa yang khas
adalah komodo, binatang purba yang hanya terdapat di Pulau Komodo dan Pulau
Rinca, di bagian barat Pulau Flores.
2.4.1.12 Taman Nasional
Tanjung Puting
Luas kawasan TN
Tanjung Puting adalah 305.000 ha, terletak di Kabupaten Kotawaringin Barat dan
Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah. Kawasan ini berada di dataran rendah dan
berawa-rawa dengan iklim basah.
Jenis tanaman yang
ada di kawasan ini misalnya Gluta renghas (tanaman mengandung getah yang
merusak saraf) dan durian (Durio spp.).
Fauna yang
populasinya masih banyak adalah orang utan, lutung merah, kancil, muncak,
kucing hutan, musang.
Taman Nasional
Tanjung Puting merupakan pusat rehabilitasi orang utan. Rehabilitasi tersebut
adalah untuk mempersiapkan orang utan senelum dilepas agar padat bertahan
hidup.
2.4.1.13 Taman Nasional
Lore Lindu
Terletak di Sulawesi
Tengah, dekat dengan kota Palu, luasnya 222.178 ha, dengan ketinggian 500-2610
dpl. Tercatat ada 64 jenis flora yang diketahui dan didominasi oleh rotan (Calamus
sp.) dan pinang (Pinanga sp.).
Mamalia yang paling
banyak adalah anoa (Anoa sp.) yang dilindungi. Jenis-jenis hewan endemik
ada 27 jenis terutama dari famili Muridae dan Scuridae (bajing).
2.4.2 Cagar Alam
Cagar alam adalah
kawasan suaka alam yang mempunyai ciri khas tumbuhan, satwa dan ekosistem, yang
perkembangannya diserahkan kepada alam.
2.4.3 Hutan Wisata
Hutan wisata adalah
kawasan hutan yang karena keadaan dan sifat wilayahnya perlu dibina dan
dipertahankan sebagai hutan, yang dapat dimanfaatkan bagi kepentingan
pendidikan, konservasi alam, dan rekreasi. Misalnya Hutan Wisata Pangandaran.
2.4.4 Taman Hutan Raya
(Tahura)
Taman hutan raya
adalah kawasan konservasi alam yang terutama dimanfaatkan untuk koleksi
tumbuhan dan hewan, alami atau non-alami, jenis asli atau pendatang, yang
berguna untuk perkembangan ilmu pengetahuan, pendidikan, kebudayaan, dan
rekreasi. Tahura ini dapat disebut sebagai taman propinsi. Misalnya Pulau Sempu
di Jawa Timur.
2.4.5 Taman Laut
Taman laut adalah
wilayah lautan yang mempunyai ciri khas berupa keindahan alam atau keunikan
alam yang ditunjuk sebagai kawasan konservasi alam, yang diperuntukkan guna
meilindungi plasma nutfah lautan. Misalnya Taman Laut Bunaken di Sulawesi
Utara.
2.4.6 Wana Wisata
Wana wisata adalah
kawasan hutan yang disamping fungi utamanya sebagai hutan produksi, juga
dimanfaatkan sebagai objek wisata hutan.
2.4.7 Hutan Lindung
Hutan lindung adalah
kawasan hutan alam yang biasanya terletak di daerah pegunungan yang
dikonservasikan untuk tujuan melindungi lahan agar tidak tererosi dan untuk
mengatur tata air.
2.4.8 Kebun Raya
Kebun raya adalah
kumpulan tumbuh-tumbuhan disuatu tempat, dan tumbuh-tumbuhan terseubut berasal
dari berbagai daerah yang ditanam untuk tujuan konservasi, ilmu pengetahuan,
dan rekreasi. Misalnya Kebun Raya Bogor dan Kebun Raya Purwodadi.
Selain tempat-tempat
yang telah disebutkan di atas yang memang ditetapkan oleh pemerintah sebagai
tempat konservasi, sebenarnya masyarakat pun dapat berpartisipasi dalam
pelestarian keanekaragaman hayati. Bentuk pertisipasi masyarakat dalam
pelestarian keanekaragaman hayati misalnya:
a).
Memperkaya koleksi tanaman di pekarangan rumah
b).
Tidak membunuh burung dan hewan-hewan lainnya
c).
Tidak membuang limbah sembarangan, terutama limbah pabrik, limbah rumah tangga,
dan limbah pestisida karena dapat membahayakan kehidupan flora dan fauna.
2.5 Tingkat
Keanekaragaman Hayati
Keanekaragaman
disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor keturunan atau genetik dan faktor
lingkungan. Faktor keturunan disebabkan oleh adanya gen yang akan membawa sifat
dasar atau sifat bawaan. Sifat bawaan ini diwariskan turun temurun dari induk
kepada keturunannya. Namun, sifat bawaan terkadang tidak muncul (tidak tampak)
karena faktor lingkungan. Jika faltor bawaan sama tetapi lingkungannya berbeda,
mengakibatkan sifat yang tampak menjadi berbeda. Jadi, terdapat interaksi antara
faktor genetik dengan faktor lingkungan. Karena adanya dua faktor tersebut,
maka muncullah keanekaragaman hayati.
2.5.1 Keanekaragaman Gen
“Bahan baku”
keanekaragaman sebenarnya terletak pada gen. Gen adalah faktor pembawa sifat
yang menentukan sifat makhluk hidup. Gen terletak di dalam benang kromosom,
yakni benang-benang pembawa sifat yang terdapat di dalam inti sel makhluk
hidup. Pada manusia, sifat rambut lurus, hidung mancung, mata lebar, warna
kulit, dtentukan oleh gen.
Gen adalah materi yang
mengendalikan sifat atau karakter. Jika gen berubah, maka sifat-sifat pun akan
berubah. Sifat-sifat yang ditentukan oleh gen disebut genotipe.
Ini dikenal sebagai pembawaan. Meskipun termasuk spesies yang sama, tidak ada
satu individu yang persis sama dengan yang lain, karena adanya keanekaragaman
gen. sekilas, memang ada kemiripan bentuk luar. Namun jika diamati, akan
terdapat variasi sifat sehingga tampaklah adanya keanekaragaman.
2.5.1.1 Variasi dan Varietas
Varisasi
antarindividu yang sejenis tidak hanya terdapat pada tumbuhan tetapi juga pada
manusia. Misalnya, di dalam suatu keluarga terdapat anak-anak yang memiliki
sifat berbeda. Ada yang bulu matanya lentik dan ada yang tidak, ada yang
berkumis ada yang tidak, ada yang berbadan kekar ada yang tidak. Ukuran biji
kacang dari satu pohon bervariasi, ada yang kecil, ada yang sedang, ada pula
yang besar. Warna bulu ayam sering beraneka ragam.
2.5.1.2 Keanekaragaman Fenotipe dan Genotipe
Keanekaragaman
genotipe jangan dikacaukan dengan keanekaragaman fenotipe. Karena lingkungan
yang berbeda, sifat yang mucul pada individu dapat berbeda meskipun genotipenya
sama. Perpaduan antara genotipe dengan lingkungan menghasilkan sifat yang
tampak dari luar yang dikenal sebagai fenotipe.
2.5.2 Keanekaragaman
Jenis
Di dalam satu jenis
dijumpai keseragaman individu, namun antarjenis dijumpai keanekaragaman
individu.
Di lingkungan
sekitar kita dapat dijumpai berbagai jenis hewan dan tumbuhan. Di dalam satu
famili rumput (Gramineae) dapat dijumpai rumput grinting, padi, jagung,
rumput gajah. Di dalam golongan burung dapat dijumpai itik, ayam, bebek, angsa,
merpati, dan burung parkit.
Sangat mudah
menentukan keanekaragaman jenis karena dapat kita amati perbedaan sifat dengan
jelas. Di seluruh dunia diperkirakan terdapat 500 juta spesies makhluk hidup.
2.5.3 Keanekaragaman
Ekosistem
Antara makhluk hidup
yang satu dengan yang lain (baik di dalam jenis maupun antarjenis) terjadi
interaksi. Ini dikenal sebagai interaksi biotik, yang membentuk suatu
komunitas. Antara makhluk hidup dengan lingkungan fisik yaitu suhu, cahaya, dan
lingkungan kimiawi yaitu air, mineral, keasaman, juga terjadi interksi. Ini
terkenalsebagai interaksi biotik-abiotik yang membentuk sistem lingkungan atau ekosistem.
Kondisi lingkungan
beraneka ragam. Ada lingkungan yang banyak air, ada yang tidak. Ada lingkungan
yang banyak emndapatkan cahaya matahari, ada yang sedikit.
2.6 Dampak Kegiatan
Manusia terhadap Keanekaragaman Hayati
2.6.1 Aktifitas Manusia
Dapat Menurunkan Keanekaragaman Hayati
Aktifitas manusia
dapat menurunkan keanekaragaman hayati. Hingga saat ini, berbagai jenis
tumbuhan dan hewan terancam punah dan beberapa di antaranya telah punah.
Sebagai contoh, Australia selama 20 tahun telah kehilangan 41 jenis mamalia, 18
jenis burung, reptilia, ikan, dan katak, 200 jenis invertebrata, dan 209 jenis
tumbuhan.
Sementara itu,
Indonesia kehilangan beberapa satwa penting, misalnya harimau bali. Saat ini
hewan tersebut tidak pernah ditemukan lagi keberadaannya, alias kemungkinan
sudah punah. Hewan-hewan seperti badak bercula satu, jalak bali, dan
trenggiling juga terancam punah. Belum lagi beberapa jenis serangga, hewan
melata, ikan, dan hewan air, yang sudah tidak ditemukan lagi di lingkungan
kita.
Kepunahan
keanekaragaman hayati diduga disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu sebagai
berikut:
2.6.1.1 Perusakan Habitat
Habitat
didefinisikan sebagai daerah tempat tinggal organisme. Kekurangan habitat
diyakini manjadi penyebab utama kepunahan organisme. Jika habitat rusak maka
organisme tidak memiliki tempat yang cocok untuk hidupnya. Kerusakan habitat
dapat diakibatkan karena ekosistem diubah fungsinya oleh manusia, misalnya
hutan ditebang dijadikan lahan pertanian, pemukiman dan akhirnya tumbuh menjadi
perkotaan. Kegiatan manusia tersebut mengakibatkan menurunnya keanekaragaman
ekosistem, jenis, dan gen.
2.6.1.2 Penggunaan Pestisida
Yang termasuk
pestisida misalnya insektisida, herbisida, dan fungisida. Pestisida yang
sebenarnya hanya untuk membunuh organisme penggangu (hama), pada kenyataannya
menyebar ke lingkungan dan meracuni mikroba, jamur, hewan, dan tumbuhan
lainnya.
2.6.1.3 Pencemaran
Bahan pencemar juga
dapat membunuh mikroba, jamur, hewan dan tumbuhan penting. Bahan pencemar dapat
berasal dari limbah pabrik dan limbah rumah tangga.
2.6.1.4 Perubahan Tipe Tumbuhan
Tumbuhan merupakan
produser di dalam ekosistem. Perubahan tipe tumbuhan misalnya perubahan dari
hutan hujan tropik menjadi hutan produksi dapat mengakibatkan hilangnya
tumbuh-tumbuhan liar penting. Hilangnya jenis-jenis tumbuhan tertentu dapat
menyebabkan hilangnya hewan-hewan yang hidup bergantung pada tumbuhan tersebut.
2.6.1.5 Masuknya Jenis Tumbuhan dan Hewan Liar
Tumbuhan atau hewan
liar yang masuk ke ekosistem dapat berkompetisi bahkan membunuh tumbuhan dan
hewan asli.
2.6.1.6 Penebangan
Penebangan hutan
tidak hanya menghilangkan pohon yang sengaja ditebang, tetapi juga merusak
pohon-pohon lain yang ada di sekelilingnya. Kerusakan berbagai tumbuh-tumbuhan
karena penebangan akan mengakibatkan hilangnya hewan. Jadi, penebangan akan
menurunkan plasma nutfah.
2.6.1.7 Seleksi
Secara tidak sengaja
perilaku kita mempercepat kepunahan oraganisme. Sebagai contoh, kita sering
hanya menanam tanaman yang kita anggap unggul misalnya mangga gadung, mangga
manalagi, jambu bangkok. Sebaliknya kita menghilangkan tanaman yang kita anggap
kurang unggul, misalnya mangga golek, nangka celeng.
Menurunnya
keanekaragaman hayati menimbulkan masalah lingkungan yang akhirnya merugikan
manusia. Misalnya, penebangan hutan mengakibatkan banjir. Hewan-hewan yang
hidup di dalam hutan misalnya babi hutan, gajah, kera, menyerang lahan
pertanian penduduk karena habitat mereka semakin sempit, dan makanan mereka
semakin berkurang.
Menurunnya populasi
serangga pemangsa (predator) karena disemprot dengan insektisida mengakibatkan
terjadinya ledakan populasi serangga yang dimangsa. Jika serangga ini memakan
tanaman pertanian, maka ledakan serangga tersebut sangat merugikan petani.
2.6.2 Aktifitas Manusia
yang Meningkatkan Keanekaragaman Hayati
Tidak semua
aktifitas manusia berakibat menurunkan keanekaragaman hayati. Ada juga
aktivitas yang justru meningkatkan keanekaragaman hayati.
2.6.2.1 Penghijauan
Kegiatan penghijauan
meningkatkan keanekaragaman hayati. Kegiatan penghijauan tidak hanya menanam
tetapi yang lebih penting adalah merawat tanaman setelah ditanam.
2.6.2.2 Pembuatan Taman Kota
Pembuatan
taman-taman kota selain meningkatkan kandungan oksigen, menurunkan suhu
lingkungan, mamberi keindahan, juga meningkatkan keanekaragaman hayati.
2.6.2.3 Pemuliaan
Pemuliaan adalah
usaha membuat varietas unggul dengan cara melakukan perkawinan silang. Usaha
pemuliaan akan menghasilkan varian baru. Oleh sebab itu pemuliaan hewan dan
tumbuhan dapat berfungsi meningkatkan keanekaragaman gen.
2.6.3 Aktifitas Manusia
untuk Melestarikan Keanekaragaman Hayati
Hewan atau tumbuhan
langka dan rawan punah dapat dilestarikan dengan pembiakan secara in situ
dan ex situ.
a).
Pembiakan secara in situ adalah pembiakan di dalam habitat aslinya.
Misalnya mendirikan Cagar Alam Ujung Kulon, Taman Nasional Komodo.
b).
Pembiakan secara ex situ adalah pembiakan di luar habitat aslinya, namun
suasana lingkungan dibuat mirip dengan aslinya. Misal penangkaran hewan di
kebun binatang (harimau, gajah, burung jalak bali).
Bab III
1.1 Kesimpulan
Makhluk hidup di
dunia ini sangat beragam. Keanekaragaman makhluk hidup tersebut disebut dengan
sebutan keanekaragaman hayati atau biodiversitas. Setiap sistem lingkungan
memiliki keanekaragaman hayati yang berbeda. Keanekaragaman hayati ditunjukkan
oleh adanya berbagai variasi bentuk, ukuran, warna, dan sifat-sifat dari
makhluk hidup lainnya.
Indonesia terletak
di daerah tropik yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi
dibandingkan dengan daerah subtropik dan kutub.
Keanekaragaman
hayati disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan.
Terdapat interaksi antara faktor genetik dan faktor lingkungan dalam
mempengaruhi sifat makhluk hidup.
Kegiatan manusia
dapat menurunkan keanekaragaman hayati, baik keanekaragaman gen, jenis maupun
keanekaragaman lingkungan. Namun di samping itu, kegiatan manusia juga dapat
meningkatkan keanekaragaman hayati misalnya penghijauan, pembuatan taman kota,
dan pemuliaan.
Pelestarian keanekaragaman hayati dapat dilakukan secara in situ
dan ex situ.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
refuse to lose