Minggu, 04 Desember 2011

Segores Tinta Pengantar Asa

 
Dinginnya malam disertai angin yang saling sapa menyapa menghieforiakan suasana kelam alam serta memecahkan keheningan anak cucu adam. Tenggelam bersama bintang gemintang hanyut bersama cita dan asa, impikan berjuta angan penawar letih menghadapi persoalan.
Berawal dari goresan itu.
*Al-Madinah International University will be mine. Believe His magic wherever whenever however* .

Goresan kala itu mengantarkan Fazha pada sosok yang mendamaikan jiwa, penawar lara, terbenam bersama asa, tempat yang teduh mengistirahatkan masa.
Terbangun ia dari tempat persandarannya. 03.00 AM menjelaskan segalanya. Apa-apa yang menjadi kebiasaannya. Beranjak dari tempat tidurnya menyambangi kamar kecil untuk mengambil air wudhu kemudian menunaikan sholat sunnah tahajjud untuk menyapa yang maha kasih ia sang Maha cinta. Di sela perenungannya terhadap diri, merenung dihadapan yang Maha kasih, meluapkan segala amuk hati, emosi kolbi, memohon solusi mengikhlaskan hati dan diri untuk menjalani hari. Dengan segala kerendahan hatinya diiringi seuntai do`a yang sederhana * ya Allah engkau yang Maha Cinta, cintailah hamba ini dan jadikan hamba seorang yang kaya akan hati dan ketulusan karenaMu ..*
Kegiatan-kegiatan rutin ini dicontohnya dari sang ayah dan ibu yang menjadi inspirasinya dalam memaknai diri. Terutama sang ibu yang selalu mengingatkannya akan sholat-sholat penyejuk hati pelipur lara itu, tempat berteduh dari segala ketertatihan nurani dalam pencapaian jati diri. Dilanjutkan dengan lantunan ayat suci Al-Qur`an sambil menunggu kumandang adzan yg mengisyaratkan tibanya waktu subuh. Malaikat-malaikat Allah bertaburan di bumi seraya mengaminkan setiap pengharapan pengharapan umat dalam setiap do`anya.
Begitu juga Fazha yang tidak ingin melewatkan masa mustajab itu. Mencoba khusyu dalam pengharapannya, ia panjatkan seluruh permohonannya. Dalam untaian do`anya “ ya Allah ya tuhanku ampunilah dosaku, dosa kedua orangtuaku , sayangilah mereka layaknya mereka menyayangi hamba di masa kecil.. ya Allah ya tuhanku berikanlah apa-apa yang terbaik di dunia juga apa-apa yang terbaik di akhirat serta jauhkan kami dari api nnerakamu.. ya Allah ya tuhanku masukkanlah aku beserta kedua orangtuaku,keluargaku,kerabatku,sahabatku,teman-temanku dan untuk semua muslimin muslimatmu ke dalam syurgamu bersama orang-orang baik.. amin Allah ya Rabbal`alamin..”. ia selesaikan setiap pengharapannya dengan bersujud kepada sang Maha cipta yang ia sadari merupakan sebuah penunjang dalam setiap asanya.
Selesai dari pnyejukannya beranjak ia membuka buku mempersiapkan apa-apa yang akan dipelajari di kelasnya kelak. Fazha seorang siswi kelas 12 SMA di sebuah sekolah kecil dengan tekad yang besar. Ia seperti teman-teman yang lainnya, suka bergurau, bermain, bercerita dll. Tetapi dengan berjuta warna yang ia icapi, Fazha menjadikan dirinya pemudi yang disiplin, meyituasikan keadaan pada tempatnya,  bertekad unggul dalam segala hal dan pencapain juga pribadi yang rendah hati dengan segala kekurangannya. Dalam hal kedisplian selalu fazha prioritaskan tersebab ingatan mengenai petuah petuah yang ia dapati dari ibunya yang selalu mengingatkannya tentang waktu. Ibunya berujar “caca.. alwaqtu kassaifi,fainlam taqto`hu qoto`aka.. waktu itu seperti pedang, jika kamu tidak membuhnya maka ia yang sigap membunuhmu”. Petuah itu selalu menyelubungi fikiran, ia jadikan motifasi dalam setiap tindakannya. Oleh sebab itu tidak heran ia dinobatkan sebagai siswi teladan di sekolahnya. Hingga ia larut dalam memahami apa-apa yang ia fahami, pelajaran-pelajaran yang harus ia fahami yang di yakini sebagai modal hidupnya di dunia dan akhirat. Sampai tiba ia pada setitik cayaha dari ufuk barat menandakan waktu duha telah menyapa. Dengan sigap tanpa membuang waktu ia siapkan seluruh keperluan untuk sekolahnya, dari buku , seragam hingga sepatu juga almamaternya. Selesai dengan semua itu tak lupa ia kunjungi waktu duha dan lagi bersimpuh pada Illahi memohon dimudahkan dalam setiap rizkinya, rizki yang halal, menyehatkan dan medamaikan. Allah yang Maha baik menganugrahinya sifat ramah, bijaksana, rendah hati, cerdas juga ulet yang membuat teman dan sahabat sangat mengagumi sosok seorang Fazha Azkia ini. Tiba ia bergegas menuju sekolahnya dengan menyambangi tema-temannya yang berjalur searah hingga d sekolah.
Suaranya yang lembut bersahut-sahutan dengan kicau burung yang menikmati indahnya karya sang Maha Karya Allah subahanuwata`ala. Tiba di depan teras kehijauan itu “Maya .. Maya .. Maya ..” Fazha mengisyaratkan untuk berangkat bersama-sama dengannya.
Maya keluar dari permadaninya, dengan rapihnya ia berseragam tampak anggun dengan hijab yang ia kenakan. Wanita sederhana dengan keanggunan yang menyelimuti. “Fazha, kamu tampak rapih sekali dan sangat bersemanga pagi ini” dengan senyum merona memuji sahabat karibnya itu.
“Tentu seperti itu seharusnya, menjadi sosok yang lebih baik dari sebelumnya merupakan satu point plus” balas Fazha dengan penuh senyum jelasnya. “Mari kita bergegas menjemput Vey, Fifi kemudian Azizah” ajaknya.
Bergegas mereka menuju rumah yang lainnya mengejar waktu agar tiba tepat pada waktunya. Setiba di rumah Vey yang bercorakan kuning senja keemasan, ibu Vey menjelaskan “Vey sudah pergi lebih awal tadi dan menunggu nak Caca juga nak Maya di kediaman Azizah”. Dengan berseri Fazha menyahut “trimakasih ibu, kami berdua berangkat bu” lekas pergi dengan restu lembut dari ibu Vey. Bergegas mereka menuju rumah Azizah sebab semua berkumpul di kediaman Azizah. Setibanya di kediaman Azizah saling sapa menyapa menjalin silaturrahim pengikat tali persaudaran melukisdkan indahnya dalam persaudaraan islam.
Setelah berkumpul sesaat bersiap mereka berangkat ke sekolah hendak menuntut ilmu, sesuai yang di ajarkan Ibu Bintan Imama, “uthlubil `ilma walau bissin” , :tuntutlah ilmu meskipun ke negri Cina. Mereka yang tiba d sekolah bergegas masuk kelas masing-masing dan memulai membaca buku-buku yang sekiranya akan di ajarkan guru nanti, mengisi waktu luang yang kosong tersebut. Dan pelajaran yang di nantipun tiba. Luar biasanya sekolah ini, sekolah ini menyelipkan unsur budaya yang sangat kental dengan negri timur sana, dan pelajaran yang paling d gemari mengenai pribahasa pribahasa dalam bahasa arab ini yang deknal dengan mahfudzot. Sesungguhnya yang lebih menyenangkan dari pelajaran ini adalah gurunya yakni Ibu Bintan Imama , motifator yang sangat membuming di setiap pesan pesang penyejuk jiwanya.
Dan seperti biasanya 15 menit di akhir pengajarannya tentang pribahasa dalam bahasa arab Ibu Bintan memberikan pencerahan mmengenai asa dan masa. Sungguh menarik , “Asa dan Masa” **
Semua mata tertuju padanya. Dimulai dengan ciri khas yang biasa guru ini tonjolkan, yakni ya akhwati amuroh .. itulah pesan pembuka untuk saudara saudara yang imut. Dengan leburnya canda tawa di antara mereka satu pertanyaan telah tersebut dari ibu Bintan, “apakah kalian memiliki hal yang sangat ingin kalian wujudkan di masa depan kelak?”. Pertanyaan yang sangat sderhana adanya, lumrah hakikatnya, tapi ini sesungguhnya menjelaskan apa dan seperti apa masa depan yang diinginkan dari setiap diri.  Hening sejenak berfikir pertaanyaan yang biasa-biasa saja, fikir audiens laksana dalam aula yang sedang memberika motifator-motifator sederhana tapi bermakna dengan tujuan merubah masa depan bangsa. Keheningan dipecahkan dengan pertanyaan sang ibu yang dua kalinya menjelas “ ada yang ingin menjawabnya?”. Dan dua kalinya diam menjelaskan jawaban dari siswa siswi sekalian. Ibu Bintan pun berkisah tentang impi dan harap yang ia pendam selama ia hidup. “ saya pun sama seperti kalian, saya anak cucu adam, manusia seperti yang lain, saya memiliki banyak salah dan khilaf , itu betul .. tapi disisi lain apakah salah khilaf itu menghalangi saya untuk berhenti disatu titik tentang impian, salah dan khilaf itu menstopkan semua mimpi dan asa saya? Tentu tidak.” Jelasnya .
“Saya memilki cita dan asa yang tinggi, yang amat sangat ingin saya wujudkan dan apresiasikan, dan ternyata semua itu bermuara hingga lubun ini, dalamnya hati yang amat dalam. Dan apabila ada yang berucap, mimpi saja kamu tinggi tinggi toh itu cuma mimpi, resapilah itu merupakan tantangan untuk anda semua terutama untuk saya bagaimana sebuah mimpi tidaklah sekedar mimpi. Jangan takut untuk bermimpi tetapi sebaliknya bermimpilah kamu sebanyak kamu ingin bermimpi, tuliskan impi dan asamu, tuliskan apa yang menjadi harapan-harapanmu itu, sesungguhnya bermula dari tulisan-tulisan itu atau kasarnya coret-coret dengan berjuta angan kita. Setiap yang ada disekitar kita merupakan magic, terlihat konyol tapi magic itu ada, ada sebab diselipi effort nyata dan do`a  sepanjang masa”, jelas ibu Bintan. “Berkaca dari sahabat kita dan ini merupakan penggalan kisah nyata, dari kekuatan jejak-jejak mimpi, yang tertulis dalam lembaran kertas berisi masa depan, dia adalah seorang anak perantauan yang ingin belajar di Campus Ambassador Institu Pertanian Bogor dengan ketulusan sang ibu juga dengan harapan yang menjulang tinggi disertai basmalah  Bismillahrrahmairrahim, dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang meminta ridho Allah dengan keyakinan yang sangat melekat dihatinya. Pergilah ia dengan ongkos seadanya dan dengan tekad yang sangat besar. Hingga ia tiba di satu Anaba DKM al-Huriyah Bogor, ia mendengar masukan dan motifatis dari salah satu pembicara tentang menulis. ‘Nun. Demi Pena dan Apa Yang Mereka Tuliskan’ , itu merupakan petikan firman Allah yang memperjelas bahwa dalam keadaan bagaimanapun, dimanapun, kapanpun menulislah kalia sebab dengan menulis mempernyata apa yang nak menjadi cita dan asa itu”. Sewaktu itu sahabat kita ini menyimak dengan seksama yang disampaikan oleh salah seorang pembicara, pembicara menjelaskan ;
“ jangan takut untuk bermimpi, tuliskan mimpi-mimpi anda secara nyata, jangan anda tulis hanya dalam ingatan anda saja sebab pasti akan lupa, tuliskanlah secara nyata”
“ tulislah 100 target anda di atas kertas “
“ hingga suatu hari nanti, yang anda lihat dari 100 coretan itu hanyalah coretan, coretan karena anda telah mencapainya “
Sederhana amat sederhana dan pemuda itupun menuliskan setiap yang menjadi mimpi mimpinya dalam 2 lembar kertas dan menempelkannya. Hingga suatu saat teman-temannya yang melihat hal itu mentertawakan ia, tetapi ia tidak memperdulikannya. Ia terus menuliskan mimpi-mimpinya dan berusaha mewujudkan satu persatu dari mimpi-mimpinya hingga satu waktu ia tidak menyadari telah mencoret satu persatu mimpi yang telah ia capai. “Seindah apapun rencana kita, jauh lebih indah rencana Allah untuk kita” – DAP . seindah apapun yang kita impikan ternyata lukisanNya lebih menakjubkan mengalir indah dalam do`a. Rencana Allah yang tak terduga .
“Lalu target ke-83, yang pemuda itu tuliskan adalah- ingin melanjutkan sekolah ke luar negeri- dengan berhasilnya mengantarkan ia untuk menjejakkan mimpi-mimpinya di negeri sakura, negeri matahari terbit. Untuk bisa merasakan musim gugur (Aki), musim salju (fuyu), musim semi (haru) dan musim panas (natsu).”
“Sekali lagi, maka nikmat Tuhan-mu manakah yang kamu dustakan?
“Pencapainnya kita adalah sebaik-baiknya sikap kita. Dengan baiknya sikap kita tidak ada sedikitpun rasa menyombongkan diri atas apa yang telah kita capai, dan sesungguhnya We are put in situations to build our character. Not to destroy us!!! – Nick Vujicic”. Itu.
“Dan dengan masa, kita yang meminjam umur kepada sang pemilik waktu Allah swt, jangan lupa manfaatkan dengan sebaik mungkin sebab jika waktu telah berhenti tanpa kita sadari, bukan lagi mimpi-mimpi yang akan menyertai kita tapi amal-amal yang belum tentu cukup menemani kita di setiap hidup setelah kehidupan ini”. Jelas ibu Bintan
Masukan yang bagus dan menarik dan mencoba untuk melakukan hal yang sama berharap dewi fortuna berpihak pada diri. Selesai mendapati masukan masukan positif tadi setiba dirumah segera mencoba sesuatu yang dianggap Fazha merupakan sesuatu yang magic. Dia mencoba melakukan hal hal yang dilakukan seperti yang Ibu Bintan ceritakan. Dengan basmallah ia ambil secarik kertas pengantar asa itu kemudian ia catat setiap mimpi-mimpi yang ada, dimulai kuliah sehabis SMA di Unpad fk HI, kemudian kemudian menginginkan gelar doctor setelah selesai S1nya, kemudian naik haji, kemudian dan seterunya hingga ia mencapai terhadap impinya yang ke-94 yakni bekerja, berkeluarga serta menetap di Makkah Al-Mukarramah.
“Berfikir keras, berusaha keras, berdo`a keras” begitulah prinsip yang menghidupkan setiap cita dan asanya. Pesan dari sang motifator Ibu Bintan Imama. Selalu ia usahakan apa yang ia bisa, diiringi do`a di setiap nafasnya, dan mengembalikan segalanya kepada sang Maha Cinta, yang ia selalu berkeyakinan bahwa dirinya  dicintai oleh sang Maha Cinta. Dari setiap mimpi-mimpi yang telah menjadi realita, yang telah meleburkan segala batas antara asa dan masa selalu ia berucap “Alhamdulillah” dan terbesit di dalam benaknya bahwa sesungguhnya kesyukuran bukanlah sebuah finalitas melainkan sebuah bidayah. Begitulah ia memaknai hidup sehingga selalu dan terus melangkah pasti dengan secarik kertas magicnya yang membawa ia kepada kepastian Allah yang Indah. Waktu terus bergulir dengan detik detik yang selalu mengikuti, selalu membuntuti detiknya diri yang mustahil untuk kembali juga di perbaiki. Setiap fenomena yang telah ia lalui ia jadikan sebagai pembelajaran dan berusaha tidak kembali kemasa silam yang menyalahi diri. Terus menulis dan berkaya, itulah hal yang menyelimuti hari bersama mimpi, hobi, juga meluapkan setiap emosi dalam diri untuk merangkai indahnya warna kehidupan hari.
20 tahun bergulir dengan serangkaian pengalaman dan manis pahit kehidupan yang telah dilaluinya, keberuntungan atas takdir Allah silih berganti menemani, dan kini Fazha berhasil mewujudkan mimpi-mimpinya. Benar firman Allah dalam QS.Al-Qalam(61) ayat 1 tentang masa dan menulis. Dan sekali lagi ”nikmat Tuhan-mu manakah yang kamu dustakan?”.
Hobi yang tidak sengaja tersiratkan dalam hati , seiring bergulirnya waktu tersuratkan dalam seuntai kisah seorang anak perantauan dan pada akhirnnya tidak lagi menjadi sekedar hobi tetapi menjadi sebuah mimpi, sepanjang berjalannya masa akhirnya mimpi-mimpi itu terealisasi , sungguh kuasa Allah. Kisah penuh hikmah membawa kedalam kedamain, memperjelas firman Allah , “Kun.Fayakun” “Jadi.Maka jadilah”
Subhanallah ….

Jumat, 02 Desember 2011

Tersayat Hati Tersebab Berlebihnya Arti

Kepudaran
Mencintamu anugrah untukQ
Awal yang mengindahkan hariQ
Memilukan akhir hariQ

Saat itu kau datang menyapaQ.. Larut dalam keheningan rasa.. Hanyut dalam rangkaian cerita.. Melukis cerita cita dan asa ..
Cinta yang semakin hari menghadirkan rasa yang menggebu.. Sungguh rasa yang tak lekang oleh waktu..
Rasa yang setiap masanya meyelebungi hati kecil ini.. Menolak cinta yang lain percaya terhadap cinta yang kau beri..
Kau menyapaQ mengindahkan pertemuan kita yang pertama.. Mula yang menyakitkan.. Kau memintaQ memilihkan kekasih hati bagimu.. Sejak saat itu Q pergi dan menghilang darimu.. Tapi benar sulit menghapus rasa yang tertanam dan tumbuh di lubuk hati ini..
Q kirimkan pesan terakhir untukmu “ Biarlah” .. “semua yang berlalu tlah menjadi kenangan,dan seakan ku lupakan karena ku ta` sejalan,dan ta` mungkin Q bertahan meski tlah Q coba,semuanya tak berguna terbuang sia-sia”
Senandung pelipur lara dalam ketertatihan hati ini melukiskan segala .. Dan tak mungkin ku bertahan, semuanya terbuang sia-sia..
Berakhir kisah cintaQ yang pada nyatanya bertepuk sebelah tangan..
“Dirimu di hatiku sudah terlalu lama.. dan biarlah Q mencoba untuk tinggalkan semua”

Hilang semua cita dan asa yang telah terukir dulu..
Kau pergi dan bahagia dengan pilihan hatimu..
Seuntai kata terucap lirih .. Aku harap kau bahagia dengan pilihan hatimu.. Biar aku pergi dengan rasa cinta yang tak terbalaskan ini.. Anggaplah aku bukan siapa siapa untukmu dan kamu hanya seseorang yang pernah melintas dihati tanpa kenangan yang berarti..