Dinginnya
malam disertai angin yang saling sapa menyapa menghieforiakan suasana kelam
alam serta memecahkan keheningan anak cucu adam. Tenggelam bersama bintang
gemintang hanyut bersama cita dan asa, impikan berjuta angan penawar letih
menghadapi persoalan.
Berawal
dari goresan itu.
*Al-Madinah
International University will be mine. Believe His magic wherever whenever
however* .
Goresan
kala itu mengantarkan Fazha pada sosok yang mendamaikan jiwa, penawar lara,
terbenam bersama asa, tempat yang teduh mengistirahatkan masa.
Terbangun ia dari tempat
persandarannya. 03.00 AM menjelaskan segalanya. Apa-apa yang menjadi
kebiasaannya. Beranjak dari tempat tidurnya menyambangi kamar kecil untuk
mengambil air wudhu kemudian menunaikan sholat sunnah tahajjud untuk menyapa
yang maha kasih ia sang Maha cinta. Di sela perenungannya terhadap diri,
merenung dihadapan yang Maha kasih, meluapkan segala amuk hati, emosi kolbi,
memohon solusi mengikhlaskan hati dan diri untuk menjalani hari. Dengan segala
kerendahan hatinya diiringi seuntai do`a yang sederhana * ya Allah engkau yang
Maha Cinta, cintailah hamba ini dan jadikan hamba seorang yang kaya akan hati
dan ketulusan karenaMu ..*
Kegiatan-kegiatan rutin ini
dicontohnya dari sang ayah dan ibu yang menjadi inspirasinya dalam memaknai
diri. Terutama sang ibu yang selalu mengingatkannya akan sholat-sholat penyejuk
hati pelipur lara itu, tempat berteduh dari segala ketertatihan nurani dalam
pencapaian jati diri. Dilanjutkan dengan lantunan ayat suci Al-Qur`an sambil
menunggu kumandang adzan yg mengisyaratkan tibanya waktu subuh. Malaikat-malaikat
Allah bertaburan di bumi seraya mengaminkan setiap pengharapan pengharapan umat
dalam setiap do`anya.
Begitu juga Fazha yang tidak ingin
melewatkan masa mustajab itu. Mencoba khusyu dalam pengharapannya, ia panjatkan
seluruh permohonannya. Dalam untaian do`anya “ ya Allah ya tuhanku ampunilah
dosaku, dosa kedua orangtuaku , sayangilah mereka layaknya mereka menyayangi
hamba di masa kecil.. ya Allah ya tuhanku berikanlah apa-apa yang terbaik di
dunia juga apa-apa yang terbaik di akhirat serta jauhkan kami dari api
nnerakamu.. ya Allah ya tuhanku masukkanlah aku beserta kedua
orangtuaku,keluargaku,kerabatku,sahabatku,teman-temanku dan untuk semua muslimin
muslimatmu ke dalam syurgamu bersama orang-orang baik.. amin Allah ya
Rabbal`alamin..”. ia selesaikan setiap pengharapannya dengan bersujud kepada
sang Maha cipta yang ia sadari merupakan sebuah penunjang dalam setiap asanya.
Selesai dari pnyejukannya beranjak ia
membuka buku mempersiapkan apa-apa yang akan dipelajari di kelasnya kelak.
Fazha seorang siswi kelas 12 SMA di sebuah sekolah kecil dengan tekad yang
besar. Ia seperti teman-teman yang lainnya, suka bergurau, bermain, bercerita
dll. Tetapi dengan berjuta warna yang ia icapi, Fazha menjadikan dirinya pemudi
yang disiplin, meyituasikan keadaan pada tempatnya, bertekad unggul dalam segala hal dan
pencapain juga pribadi yang rendah hati dengan segala kekurangannya. Dalam hal
kedisplian selalu fazha prioritaskan tersebab ingatan mengenai petuah petuah
yang ia dapati dari ibunya yang selalu mengingatkannya tentang waktu. Ibunya
berujar “caca.. alwaqtu kassaifi,fainlam taqto`hu qoto`aka.. waktu itu seperti
pedang, jika kamu tidak membuhnya maka ia yang sigap membunuhmu”. Petuah itu
selalu menyelubungi fikiran, ia jadikan motifasi dalam setiap tindakannya. Oleh
sebab itu tidak heran ia dinobatkan sebagai siswi teladan di sekolahnya. Hingga
ia larut dalam memahami apa-apa yang ia fahami, pelajaran-pelajaran yang harus
ia fahami yang di yakini sebagai modal hidupnya di dunia dan akhirat. Sampai
tiba ia pada setitik cayaha dari ufuk barat menandakan waktu duha telah
menyapa. Dengan sigap tanpa membuang waktu ia siapkan seluruh keperluan untuk
sekolahnya, dari buku , seragam hingga sepatu juga almamaternya. Selesai dengan
semua itu tak lupa ia kunjungi waktu duha dan lagi bersimpuh pada Illahi
memohon dimudahkan dalam setiap rizkinya, rizki yang halal, menyehatkan dan
medamaikan. Allah yang Maha baik menganugrahinya sifat ramah, bijaksana, rendah
hati, cerdas juga ulet yang membuat teman dan sahabat sangat mengagumi sosok
seorang Fazha Azkia ini. Tiba ia bergegas menuju sekolahnya dengan menyambangi
tema-temannya yang berjalur searah hingga d sekolah.
Suaranya
yang lembut bersahut-sahutan dengan kicau burung yang menikmati indahnya karya
sang Maha Karya Allah subahanuwata`ala. Tiba di depan teras kehijauan itu “Maya
.. Maya .. Maya ..” Fazha mengisyaratkan untuk berangkat bersama-sama dengannya.
Maya keluar dari permadaninya, dengan
rapihnya ia berseragam tampak anggun dengan hijab yang ia kenakan. Wanita
sederhana dengan keanggunan yang menyelimuti. “Fazha, kamu tampak rapih sekali
dan sangat bersemanga pagi ini” dengan senyum merona memuji sahabat karibnya
itu.
“Tentu seperti itu seharusnya, menjadi
sosok yang lebih baik dari sebelumnya merupakan satu point plus” balas Fazha
dengan penuh senyum jelasnya. “Mari kita bergegas menjemput Vey, Fifi kemudian
Azizah” ajaknya.
Bergegas mereka menuju rumah yang
lainnya mengejar waktu agar tiba tepat pada waktunya. Setiba di rumah Vey yang
bercorakan kuning senja keemasan, ibu Vey menjelaskan “Vey sudah pergi lebih
awal tadi dan menunggu nak Caca juga nak Maya di kediaman Azizah”. Dengan
berseri Fazha menyahut “trimakasih ibu, kami berdua berangkat bu” lekas pergi
dengan restu lembut dari ibu Vey. Bergegas mereka menuju rumah Azizah sebab
semua berkumpul di kediaman Azizah. Setibanya di kediaman Azizah saling sapa
menyapa menjalin silaturrahim pengikat tali persaudaran melukisdkan indahnya
dalam persaudaraan islam.
Setelah berkumpul sesaat bersiap
mereka berangkat ke sekolah hendak menuntut ilmu, sesuai yang di ajarkan Ibu
Bintan Imama, “uthlubil `ilma walau bissin” , :tuntutlah ilmu meskipun ke negri
Cina. Mereka yang tiba d sekolah bergegas masuk kelas masing-masing dan memulai
membaca buku-buku yang sekiranya akan di ajarkan guru nanti, mengisi waktu
luang yang kosong tersebut. Dan pelajaran yang di nantipun tiba. Luar biasanya
sekolah ini, sekolah ini menyelipkan unsur budaya yang sangat kental dengan
negri timur sana, dan pelajaran yang paling d gemari mengenai pribahasa
pribahasa dalam bahasa arab ini yang deknal dengan mahfudzot. Sesungguhnya yang
lebih menyenangkan dari pelajaran ini adalah gurunya yakni Ibu Bintan Imama ,
motifator yang sangat membuming di setiap pesan pesang penyejuk jiwanya.
Dan seperti biasanya 15 menit di akhir
pengajarannya tentang pribahasa dalam bahasa arab Ibu Bintan memberikan
pencerahan mmengenai asa dan masa. Sungguh menarik , “Asa dan Masa” **
Semua mata tertuju padanya. Dimulai
dengan ciri khas yang biasa guru ini tonjolkan, yakni ya akhwati amuroh ..
itulah pesan pembuka untuk saudara saudara yang imut. Dengan leburnya canda
tawa di antara mereka satu pertanyaan telah tersebut dari ibu Bintan, “apakah
kalian memiliki hal yang sangat ingin kalian wujudkan di masa depan kelak?”.
Pertanyaan yang sangat sderhana adanya, lumrah hakikatnya, tapi ini
sesungguhnya menjelaskan apa dan seperti apa masa depan yang diinginkan dari
setiap diri. Hening sejenak berfikir pertaanyaan
yang biasa-biasa saja, fikir audiens laksana dalam aula yang sedang memberika
motifator-motifator sederhana tapi bermakna dengan tujuan merubah masa depan
bangsa. Keheningan dipecahkan dengan pertanyaan sang ibu yang dua kalinya
menjelas “ ada yang ingin menjawabnya?”. Dan dua kalinya diam menjelaskan
jawaban dari siswa siswi sekalian. Ibu Bintan pun berkisah tentang impi dan
harap yang ia pendam selama ia hidup. “ saya pun sama seperti kalian, saya anak
cucu adam, manusia seperti yang lain, saya memiliki banyak salah dan khilaf ,
itu betul .. tapi disisi lain apakah salah khilaf itu menghalangi saya untuk
berhenti disatu titik tentang impian, salah dan khilaf itu menstopkan semua
mimpi dan asa saya? Tentu tidak.” Jelasnya .
“Saya memilki cita dan asa yang
tinggi, yang amat sangat ingin saya wujudkan dan apresiasikan, dan ternyata
semua itu bermuara hingga lubun ini, dalamnya hati yang amat dalam. Dan apabila
ada yang berucap, mimpi saja kamu tinggi tinggi toh itu cuma mimpi, resapilah
itu merupakan tantangan untuk anda semua terutama untuk saya bagaimana sebuah
mimpi tidaklah sekedar mimpi. Jangan takut untuk bermimpi tetapi sebaliknya
bermimpilah kamu sebanyak kamu ingin bermimpi, tuliskan impi dan asamu,
tuliskan apa yang menjadi harapan-harapanmu itu, sesungguhnya bermula dari
tulisan-tulisan itu atau kasarnya coret-coret dengan berjuta angan kita. Setiap
yang ada disekitar kita merupakan magic, terlihat konyol tapi magic itu ada, ada
sebab diselipi effort nyata dan do`a
sepanjang masa”, jelas ibu Bintan. “Berkaca dari sahabat kita dan ini merupakan penggalan kisah nyata, dari
kekuatan jejak-jejak mimpi, yang tertulis dalam lembaran kertas berisi masa
depan,
dia adalah seorang anak perantauan yang ingin belajar di Campus Ambassador
Institu Pertanian Bogor dengan ketulusan sang ibu juga dengan harapan yang
menjulang tinggi disertai basmalah
Bismillahrrahmairrahim, dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang meminta ridho Allah dengan keyakinan yang sangat melekat dihatinya. Pergilah
ia dengan ongkos seadanya dan dengan tekad yang sangat besar. Hingga ia tiba di
satu Anaba DKM al-Huriyah Bogor, ia mendengar masukan dan motifatis dari salah
satu pembicara tentang menulis. ‘Nun. Demi Pena dan Apa Yang Mereka
Tuliskan’ , itu merupakan
petikan firman Allah yang memperjelas bahwa dalam keadaan bagaimanapun,
dimanapun, kapanpun menulislah kalia sebab dengan menulis mempernyata apa yang
nak menjadi cita dan asa itu”. Sewaktu itu sahabat kita ini menyimak dengan
seksama yang disampaikan oleh salah seorang pembicara, pembicara menjelaskan ;
“ jangan takut untuk bermimpi,
tuliskan mimpi-mimpi anda secara nyata, jangan anda tulis hanya dalam ingatan
anda saja sebab pasti akan lupa, tuliskanlah secara nyata”
“ tulislah 100 target anda di atas
kertas “
“ hingga suatu hari nanti, yang anda
lihat dari 100 coretan itu hanyalah coretan, coretan karena anda telah
mencapainya “
Sederhana amat sederhana dan pemuda
itupun menuliskan setiap yang menjadi mimpi mimpinya dalam 2 lembar kertas dan
menempelkannya. Hingga suatu saat teman-temannya yang melihat hal itu
mentertawakan ia, tetapi ia tidak memperdulikannya. Ia terus menuliskan
mimpi-mimpinya dan berusaha mewujudkan satu persatu dari mimpi-mimpinya hingga
satu waktu ia tidak menyadari telah mencoret satu persatu mimpi yang telah ia
capai. “Seindah apapun rencana kita, jauh
lebih indah rencana Allah untuk kita” – DAP .
seindah apapun yang kita impikan ternyata lukisanNya lebih menakjubkan mengalir
indah dalam do`a. Rencana Allah yang tak terduga .
“Lalu target ke-83, yang pemuda itu
tuliskan adalah- ingin melanjutkan sekolah ke luar negeri- dengan berhasilnya
mengantarkan ia untuk menjejakkan mimpi-mimpinya di negeri sakura, negeri
matahari terbit. Untuk bisa merasakan musim gugur (Aki), musim salju (fuyu),
musim semi (haru)
dan musim panas (natsu).”
“Sekali lagi, maka
nikmat Tuhan-mu manakah yang kamu dustakan?”
“Pencapainnya kita adalah
sebaik-baiknya sikap kita. Dengan baiknya sikap kita tidak ada sedikitpun rasa
menyombongkan diri atas apa yang telah kita capai, dan sesungguhnya We are put in situations to build our
character. Not to destroy us!!! – Nick Vujicic”. Itu.
“Dan dengan masa, kita yang
meminjam umur kepada sang pemilik waktu Allah swt, jangan lupa manfaatkan
dengan sebaik mungkin sebab jika waktu telah berhenti tanpa kita sadari, bukan
lagi mimpi-mimpi yang akan menyertai kita tapi amal-amal yang belum tentu cukup
menemani kita di setiap hidup setelah kehidupan ini”. Jelas ibu Bintan
Masukan yang bagus dan menarik dan
mencoba untuk melakukan hal yang sama berharap dewi fortuna berpihak pada diri.
Selesai mendapati masukan masukan positif tadi setiba dirumah segera mencoba
sesuatu yang dianggap Fazha merupakan sesuatu yang magic. Dia mencoba melakukan
hal hal yang dilakukan seperti yang Ibu Bintan ceritakan. Dengan basmallah ia
ambil secarik kertas pengantar asa itu kemudian ia catat setiap mimpi-mimpi
yang ada, dimulai kuliah sehabis SMA di Unpad fk HI, kemudian kemudian
menginginkan gelar doctor setelah selesai S1nya, kemudian naik haji, kemudian
dan seterunya hingga ia mencapai terhadap impinya yang ke-94 yakni bekerja,
berkeluarga serta menetap di Makkah Al-Mukarramah.
“Berfikir
keras, berusaha keras, berdo`a keras” begitulah prinsip yang
menghidupkan setiap cita dan asanya. Pesan dari sang motifator Ibu Bintan
Imama. Selalu ia usahakan apa yang ia bisa, diiringi do`a di setiap nafasnya,
dan mengembalikan segalanya kepada sang Maha Cinta, yang ia selalu berkeyakinan
bahwa dirinya dicintai oleh sang Maha
Cinta. Dari setiap mimpi-mimpi yang telah menjadi realita, yang telah
meleburkan segala batas antara asa dan masa selalu ia berucap “Alhamdulillah”
dan terbesit di dalam benaknya bahwa sesungguhnya kesyukuran bukanlah sebuah finalitas melainkan sebuah bidayah. Begitulah
ia memaknai hidup sehingga selalu dan terus melangkah pasti dengan secarik
kertas magicnya yang membawa ia kepada kepastian Allah yang Indah. Waktu terus
bergulir dengan detik detik yang selalu mengikuti, selalu membuntuti detiknya
diri yang mustahil untuk kembali juga di perbaiki. Setiap fenomena yang telah
ia lalui ia jadikan sebagai pembelajaran dan berusaha tidak kembali kemasa
silam yang menyalahi diri. Terus menulis dan berkaya, itulah hal yang
menyelimuti hari bersama mimpi, hobi, juga meluapkan setiap emosi dalam diri
untuk merangkai indahnya warna kehidupan hari.
20 tahun bergulir dengan
serangkaian pengalaman dan manis pahit kehidupan yang telah dilaluinya, keberuntungan
atas takdir Allah silih berganti menemani, dan kini Fazha berhasil mewujudkan
mimpi-mimpinya. Benar firman Allah dalam QS.Al-Qalam(61) ayat 1 tentang masa
dan menulis. Dan sekali lagi ”nikmat Tuhan-mu manakah yang kamu dustakan?”.
Hobi yang tidak sengaja tersiratkan
dalam hati , seiring bergulirnya waktu tersuratkan dalam seuntai kisah seorang
anak perantauan dan pada akhirnnya tidak lagi menjadi sekedar hobi tetapi
menjadi sebuah mimpi, sepanjang berjalannya masa akhirnya mimpi-mimpi itu
terealisasi , sungguh kuasa Allah. Kisah penuh hikmah membawa kedalam kedamain,
memperjelas firman Allah , “Kun.Fayakun”
“Jadi.Maka jadilah”
Subhanallah ….